Monday, September 27, 2021

TOKOH-TOKOH AL-MANAR (Dalam Kenangan)

1.  K.H. Djalal Suyuthi

Beliau lahir di Salam Kanci, sebuah desa di barat daya kota Magelang. Sebagai putra Kyai Yunus yang merupakan tokoh masyarakat desa tersebut. Perawakannya gagah, berkulit putih, dan sangat patuh pada orang tua. Pernah suatu hari kelaparan menimpa keluarga Kyai Yunus ini, namun Djalal kecil ini tidak menangis bahkan beliau dapat membahagiakan orang tuanya dengan berkata: “meniko sedanten saking nikmatipun Gusti Allah ta’ala ingkang kedah kulo lan bopo ibu syukuri”.

Keilmuan beliau diawali dari Kyai Yunus sendiri mengenai baca Al-Qur’an, sholat, dan do’a-do’a. Lalu dengan berbekal seadanya beliau berjalan dari rumahnya menuju pulau garam untuk berguru kepada K.H. Kholil Bangkalan, Madura.

Setelah beberapa tahun, beliau melanjutkan perjalanan menuju Desa Donglo yang masuk wilayah Lirboyo, Kediri untuk berguru kepada Kyai Donglo. Setelah beberapa tahun beliau tetap menjelajah tempat-tempat para ulama meneteskan ilmunya. Sampai-sampai walau telah menikah beliau tetap mengembara mencari ilmu. Beliau meninggalkan Nyai Welas yang sedang mengandung putra beliau (K.H. Duri) 3 bulan bersama putri pertama beliau (Nyai Sahlah) sampai berbulan-bulan, bahkan ada yang berkata sampai K.H. Duri beranjak dewasa.

K.H. Djalal Suyuthi, ulama yang senantiasa haus akan ilmu. Ketinggian ilmunya membuktikan bahwa beliau memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Diceritakan bahwa lokasi pondok pesantren Al-Manar ini dulunya dikenal dengan tempat yang sangat misterius. Banyak sekali kejadian-kejadian ghaib yang disaksikan masyarakat Petungsari dan sekitarnya. Nampaknya ini pula lah yang menyebabkan Bapak Juwahir akhirnya me-wakaf-kan tanahnya, karena beliau yakin K.H. Dalal Suyuthi sanggup menempati dan mengelola tanah yang wingit (angker) itu menjadi tempat yang bermanfaat.

Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 pernah terjadi suatu kejadian dengan daerah-daerah yang dilewati beliau. Jalan yang melintasi daerah tersebut (sekarang disebut Jl. Raya Solo-Semarang) tidak mampu dilewati tentara Jepang. Dikabarkan bahwa itu karena pagar ghaib dari K.H. Djalal Suyuthi. Ketika Jepang tahu, beliau ditangkap dan ingin dibawa ke markas. Namun baru melangkah beberapa meter, Kyai Djalal Suyuthi menjatuhkan pecinya. Beliau memberikan satu tantangan, bila tentara Jepang mampu mengangkat peci tersebut, beliau bersedia dibawa dan sebaliknya bila tidak mampu. Ternyata tak satupun dari mereka yang mampu. Akhirnya beliau dilepaskan.

Diceritakan pula bahwa beliau pernah melakukan sholat di pinggir jalan setapak dan dilihat sebagai batu besar oleh tentara Jepang. Suatu ketika kelebihan-kelebihan beliau didengar oleh paduka yang mulia Sultan Hamengku Buwono I Keraton Ngayogyokarto. Beliau dipanggil untuk dinobatkan menjadi Bupati wilayah Kartosuro (sekarang Surokarto). Beliau menolak dengan halus dengan alasan lebih suka mengaji bersama para santri.

Begitulah sebagian kecil perjalanan sang pejuang yang begitu haus akan ilmu, penuh keprihatinan, sesabaran, keuletan, tegar, serta tidak terganggu anak maupun istri. Sehingga tanpa dimintapun beliau sebenarnya telah benar-benar siap mengemban misi suci dakwah di Desa Petungsari yang kini menjadi Desa Bener seperti yang diminta Kyai Na’im, teman beliau yang telah benar-benar mengakui keluhuran ilmu yang dimiliki oleh Kyai Jalal. Beliau akhirnya menghadap Allah SWT pada hari Rabu Pon, 20 Oktober 1947 di Klero (rumah istri ketiga).


2.  K.H. Duri 

Sepeninggal K.H. Djalal Suyuthi, kepemimpinan Pondok pesantren dipegang oleh K.H. Duri (putra beliau) dan Pondok Pesantren ini diberi nama “As-Suyuthiyyah”, diambil dari nama pendirinya. K.H. Duri memegang kepemimpinan hingga tahun 1963 dengan santri sekitar 50-70 orang.



3.  K.H. Muh. Suhudi

Setelah K.H. Duri meninggal pada tahun 1963, Pesantren dipimpin oleh adik beliau yang bernama K.H. Muh. Suhudi. Pada masa kepemimpinan beliau, Pesantren banyak mengalami goncangan karena pengaruh suhu politik di Indonesia yang sedang memanas. Sebagai puncak resesi/goncangan tersebut, pada tahun 1975 jumlah santri tinggal 23 orang. Tetapi pada tahun itu pula didirikan TK dan fasilitas pendidikan ditambah untuk mendidik anak-anak usia tersebut. Kepemimpinan K.H. Muh. Suhudi berlangsung sampai tahun 1983 karena beliau meninggal dunia.


4.  K. Fatkhurrohman

Beliau lahir di Desa Bener –dulunya Petungsari- 3 KM sebelah selatan Kota Salatiga, dari seorang ayah bernama K.H. Duri (putra kedua K.H. Djalal Suyuthi) dan ibu bernama Juwariyatun. Beliau besar di lingkungan pesantren dan berkembang menjadi pemuda yang lincah, cerdas, rajin, ulet, dan tekun beribadah. Teman-teman beliau selalu menjadikannya yang terdepan. Bahkan dalam hal olahraga seperti catur, bulu tangkis dll, beliau sering menjuarainya. Beliau juga dikenal sebagai orang yang selalu tampil rapi dengan kesederhanaan dan berdisiplin tinggi.

Beliau juga terkenal dengan sifat “sako”. Paling tidak suka dengan orang yang bakhil. Secara ‘sirri’ beliau sering memberi makan santri dan anak Desa Bener yang membutuhkan. Sejak usia dini sudah belajar mengaji, mula-mula belajar Al-Qur’an dari ayahnya sendiri. Setelah ‘khatam’, beliau baru mempelajari cabang ilmu yang lain seperti; jurumiyah, sulam munajah, amtsilatut tashrifiyah, dan sulam taufiq.

Untuk memperdalam ilmu-ilmu tersebut, beliau meninggalkan kampung halaman. Pertama kali beliau nyantri di Pondok Pesantren BUQ Gading Tengaran selama kurang lebih 3 tahun. Kemudian beliau melanjutkan pencarian ilmu ke kaliwungu, Kendal. Kaliwungu dikenal sebagai Kota Santri karena setiap jarak 100 meter ada sebuah pesantren. Di kota ini beliau memilih pondok pesantren APIKK yang diasuh oleh K. Fauzan, tepatnya di Kembangan, Krajan Kulon Kaliwungu. Sebelah selatan Masjid Agung Al-Muttaqin Kaliwungu beliau memperdalam ilmu alat serta memperdalam cakrawala. Di tempat ini beliau dikenal cerdas dan pemurah. Ketika mendapat kiriman bekal dari rumah, semua dibelanjakan dengan teman-teman santri dan dimakan bersama. Hal ini membuat mereka semakin salut dan kagum serta hormat.

Lazimnya pesantren-pesantren di kaliwungu, santri diperkenankan mengaji ke pesantren lain, maka beliaupun nyantri kepada K. Komed, pengasuh PP. ASPIR, sebelah barat laut Masjid Agung Al-Muttaqin. Beliau memperdalam ilmu alat “Alfiyyah ibn Malik”. Beliau juga memperdalam ilmu tafsir kepada K. Rukhyat, pengasuh PP. APIK, sebelah utara Masjid Agung. Dan men-tashih-kan Al-Qur’an kepada K. Asror, pengasuh PP. Tahfizul Qur’an, sebelah utara Masjid Agung.

Pernah diceritakan, suatu ketika beliau tidak mengaji malah berputar-putar kota Kaliwungu dengan sepeda. Hal ini diketahui oleh pengasuh, ketika pengajian dimulai, bapak Kyai menyuruh beliau membaca kitab yang sedang dikaji di depan santri yang lain. Luar biasa, dengan lancar dan fasih disertai penjelasan yang memahamkan mampu beliau ungkapkan di depan para santri. Hal itu pula yang membuat beliau semakin disegani.

Setelah dirasa cukup, akhirnya beliau pulang ke kampung halaman. Hal ini telah dinanti-nantikan oleh masyarakat Bener. Namun Allah menghendaki lain. Beliau masih berkeinginan memburu ilmu kembali. Kali ini beliau berangkat ke Ringin Agung, Jawa Timur dan masuk jenjang Aliyah. Kemudian pindah lagi ke PP. Bandar dan memperdalam Kitab Mahali, Kitab Ihya’ Ulumuddin, Kitab Iqna’ dll. Beberapa bulan kemudian, beliau melanjutkan pencarian ilmu ke pesantren Kencong dan Tretek, Pare, Kediri. Beliau masih terus berpindah dari tempat satu ke tempat lain untuk mencari ilmu, dan terakhir di Dermo, Pare, Kediri, Jawa Timur.

Pergaulan beliau dengan sesama santri sangat akrab. Salah satunya dengan santri yang bernama M. Maksum yang asli dari daerah itu. Seperti santri lain, ia pun kagum kepada beliau hingga hubungan keduanya seakan-akan seperti saudara yang begitu dekat. Beliau sering diajak ke rumahnya hingga akhirnya keluarga M. Maksum bermaksud menikahkan adik perempuannya yang bernama Iphyta Masyrifah dengan beliau. Beberapa bulan kemudian, K. Fatkhurrohman menerima tawaran itu.

Dari pernikahan itu, beliau menurunkan lima putera; Ibu Nyai Fatekhah Ulfah, Abah K. Kholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah K. As’ad Haris Nasution Fatkhurrohman, Nanik Quraisy, dan Wiwik Elia Nur Wahidah yang semuanya lahir di pare, Jawa Timur.

Sepulang dari Pare dengan membawa istri tercinta, beliau diminta mewakili ayahandanya mengurus para santri. Kepulangannya ke Desa Bener kelihatannya telah dipersiapkan oleh K.H. Duri sebagai pengganti beliau. Sehingga tak lama kemudian, K. Duri wafat pada tahun 1963. Meskipun di lapangan, kendali pesantren ada di tangan adik-adik Kyai Duri yaitu; K. Asyhuri (w. 1966), dan K. Muh. Suhudi (w. 1983). Sepeninggal beliau berdua tahun 1983, K. Fatkhurrohman resmi menjadi pengasuh.

Sifat kepemimpinan K. Fatkhurrohman telah tampak semenjak beliau masih kecil. Dalam memimpin pondok pesantren (1983), sistem yang beliau gunakan sangat berbeda dengan para pendahulunya. Beliau berkeinginan mengentaskan kaum yang lemah dan terbelakang, beliau banyak mengadakan pembaharuan. Dimulai dari memproklamasikan nama “Al-Manar” sampai mendirikan Universitas. Beliau menginginkan keseimbangan antara pendidikan formal dan nonformal, sehingga santri diharapkan mampu membaca kitab kuning sekaligus menguasai ilmu umum. Terbukti 6 tahun ke depan beliau mendirikan Madrasah Tsanawiyah tahun 1986 meskipun hal itu bersamaan dengan merenovasi pondok dan memugar masjid. Beliau mendirikan asrama baru untuk santriyati dan sekaligus gedung MTs. Selang 3 tahun kemudian beliau mendirikan Madrasah Aliyah (1989). Dan 3 tahun kemudian (1992) beliau membentuk wadah organisasi yang lebih formal dalam bentuk “Yayasan Al-Manar”. Beliau pernah menerapkan sistem ‘muhadatsah bi-lughoh al arobiyah’ dan ‘conversation by english language’. Sedangkan rencana mendirikan universitas belum terlaksana. Metode pengajaran yang beliau terapkan sangat tepat, yaitu dengan pendekatan psikologis anak, menghiasinya dengan kesabaran, tauladan, disiplin, rapi, dan tertib.

Sebuah peninggalan dari beliau yang masih terus diingat setiap santri sampai sekarang dan juga menunjukkan sifat patriotisme beliau adalah Mars Al-Manar yang insya allah dapat dilihat di dalam profil ini. Satu kesimpulan yang dapat diambil, beliau adalah sosok yang sangat moderat.

Pada bulan muharrom, di tengah para santri yang sedang menjalankan riyadhoh batin dengan memperbanyak puasa, sholat lail, dan wirid berjam-jam, K. Fatkhurrohman jatuh sakit. Setelah berganti bulan, sakit beliau tak kunjung sembuh malah bertambah parah. Beliau pun dibawa ke rumah sakit DKT dan menurut keterangan dokter, beliau menderita penyakit paru-paru yang sudah sangat kritis. Ketika sakit yang diderita beliau dirasa agak mendingan, beliau minta dibawa pulang kembali ke pesantren. Setengah bulan kemudian beliau minta berobat ke Jawa Timur karena merasa penyakitnya kambuh. Sebelum berangkat ke Probolinggo Jatim, beliau menyalami semua santri dari kamar A sampai kamar F putra seakan sebagai isyarat perpisahan. Tepat hari rabu di bulan safar 1413, ada kabar yang ditujukan pada Bapak Saroyo bahwa beliau telah menghadap Allah SWT.


5.  K. Muhammad Imam Fauzy

Kyai Muhammad Imam Fauzy adalah putra K. Soekarno (pionir pon-pes Al Ittihad, Poncol, Bringin) yang lahir pada tanggal 09 September 1964. Pada awalnya beliau adalah santri pondok pesantren Al-Manar yang dinikahkan dengan putri sulung K. Fatkhurrohman (Nyai Fatekhah Ulfah) pada tanggal 23 Maret 1989. Dari pernikahan ini, beliau dikaruniai 4 putra; Ivah Fauzah, Nur Faizatul Latifah, M. Itqon Faza A’rof, Rahma Adibatul Fauziyah.

Beliau diangkat menjadi pengasuh pondok pesantren Al-Manar sejak sepeninggalannya K. Fatkhurrohman (tahun 1993) sampai tahun 2000. Selama itu banyak kemajuan yang dicapai. Penambahan sarana-pra sarana berupa gedung, dibukanya program khusus setingkat SLTA yaitu Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) pada tahun 1994/1995 yang sebelumnya adalah Madrasah Aliyah Umum (MAU). Serta peningkatan kualitas dan kuantitas santri.

Beliau dikenal alim, cerdas, ahli fiqih, tafsir, dan ilmu falaq. Sangat arif terhadap santri, hubungan beliau dengan masyarakat sangat dekat, tercermin dari ke-tawadlu-kan beliau dengan tanpa membedakan siapapun, besar kecil, kaya miskin, rakyat atau berpangkat. Beliau juga sangat sufi. Beliau tidak pernah menyimpan uang serupiah pun. Menolak dengan halus jabatan DPR tingkat II Kab. Semarang dan tawaran berupa mobil dan handphone. Dari segi pakaian dan dahar, beliau sering berpakaian seadanya ketika ngaji dengan santri, bahkan dengan kaos yang agak robek. Jarang dahar, terkadang hanya minum air putih. Sebenarnya sejak kepemimpinan beliau, ponpes Al-Manar semakin maju. Namun Allah berkehendak lain. Kamis, 11 Mei 2000, bertepatan dengan tanggal 6 shofar 1421 pukul 06.00 WIB Abah Kyai yang telah 6 hari berbaring sakit dibawa ke RSU Boyolali. Kamis sore pukul 17.00 WIB tanggal itu juga, beliau berpulang ke rahmat Allah SWT dengan meninggalkan sejumlah perjuangan yang wajib diteruskan oleh para santri.

Demikianlah catatan singkat mengenai tiga tokoh Al-Manar. Pada hakekatnya catatan yang singkat dan miskin ini belumlah cukup untuk menerangkan perjalanan hidup sang tokoh. Namun demikian, semoga tulisan ini dapat menjawab beberapa pertanyaan tentang beliau. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk pada kami tentang hal-hal yang salah dalam tulisan ini.

Monday, April 15, 2019

MANUSIA MELAKUKAN TUHAN MENENTUKAN



Manusia melakukan Tuhan menentukan

Menuntut ilmu, tentunya seorang murid mengharapkan ilmu yang bermanfaat. Murid yang bersungguh-sungguh akan bertekad mencari ‘sabab futuh’ atau sebab yang menjadikan ia paham akan suatu ilmu dengan berbagai cara, seperti menghormati ilmu, menghormati guru, bahkan menghormati kitab yang ia pelajari. Semua itu sangat penting.

Selain itu, seorang pelajar juga melazimkan doa supaya diberi keberkahan ilmu. Setiap hendak mau belajar mereka berdoa, bahkan dalam setiap keadaannya. Tak lupa juga melantunkan beberapa wiridan yang diberikan oleh gurunya untuk mereka baca di waktu-waktu tertentu.

Selain berdoa meminta keberkahan ilmu, tak lupa juga para pelajar berdoa supaya ilmunya tidak sia-sia. Ilmu yang tidak bermanfaat adalah bencana besar bagi pelajar. Untuk apa belajar jika tak menghasilkan sesuatu? Maksud hasil dari sesuatu di sini bukan hanya bersifat material semata, seperti setelah lulus sekolah dapat pekerjaan, setelah lulus pesantren dapat jadwal mengajar, dan lain-lain. Namun yang lebih ditekankan di sini adalah buah atau inti sari dari belajar itu sendiri, yaitu hidayah supaya lebih mendekatkan dirinya kepada Allah subhanahu wata'ala.

Dalam kitab Bidayah Al-Hidayah Imam al-Ghazali menyebutkan suatu doa yang bersumber dari hadits Rasulullah Saw supaya dilindugi dari ilmu yang tidak bermanfaat:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَقَلْبٍ لا يَخْشَعُ وَعَمَلٍ لَا يُرْفَعُ وَدُعَاءٍ لَايُسْمَعُ 

Allâhumma innî a‘ûdzubika min ‘ilmin lâ yanfa‘ wa qalbin lâ yakhsya‘ wa ‘amalin lâ yurfa‘ wa du‘âin lâ yusma‘

Artinya: “Ya Allah aku berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu', amal yang tidak diangkat (diterima), dan doa yang tidak didengar.”

Semoga dengan ilmu ini kita diberikan keberkahan ilmu yang manfaat, yang berguna bagi agama dan bangsa, serta generasi selanjutnya.


Friday, April 5, 2019

PROFIL PONDOK PESANTREN AL-MANAR



PROFIL PONDOK PESANTREN AL-MANAR
Sekretariat: Jl. K.H. Djalal Suyuthi, Ds. Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang 50775
 ( (0298) 313634

A.  Sejarah Berdiri
Al-Manar adalah sebuah Pondok pesantren putra-putri yang terletak di Jalan Raya Solo-Semarang. Tepatnya di Desa Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, 3 KM sebelah selatan kota Salatiga.
Nama Al-Manar secara resmi muncul pada masa kepengasuhan Kyai Fatkhurrohman, tahun 1982 yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Pesantren “As-Suyuthiyyah” yang didirikan dan dirintis oleh Al Mukarrom Simbah K.H. Djalal Suyuthi pada tahun 1913.
Misi Al-Manar adalah menciptakan generasi yang berakhlaqul Karimah dan mampu menghadapi tantangan zaman modern. Misi itu dituangkan dalam kurikulum yang menerapkan sistem klasik (sorogan dan bandongan) yang bertitik berat pada kajian-kajian kitab kuning karangan ulama’ syafi’iyyah. Oleh karena itu, substansi yang ditekankan adalah nahwu, sorof, fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf, dan tarikh.
Berikut ini adalah potret singkat perjalanan Pon-pes Al-Manar yang diambil dari beberapa sumber.
Desa Petungsari adalah sebuah desa yang sekarang bernama “Bener”. Karena penjajahan yang dialaminya, kesulitan dalam mengembangkan syiar Islam dirasakan sekali oleh masyarakat desa ini. Cuma satu dua orang yang mengenal ajaran Islam, bahkan masyarakat desa ini dikenal sebagai masyarakat yang rusak dan akrab dengan mo-limo dan jauh dari agama serta banyak non muslimnya.
Adalah Bapak Juwahir, salah satu warga desa Petungsari yang memimpin sebuah mushola, yang merasa tergugah untuk memperdalam ajaran Agama Islam dengan menjadi santri dari Kyai Naim, Kyai dari Desa Cabean. Semakin hari jamaah di mushola beliau semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sebuah kesepakatan antara Bapak Juwahir dengan Kyai Naim untuk mendatangkah seorang Kyai guna mengasuh jamaah yang semakin bertambah tersebut. Beberapa bulan kemudian, Kyai Na’im meminta K.H. Djalal Suyuthi untuk memikul tugas tersebut.
Karena mushola sudah tidak mampu menampung jamaah, maka Bapak juwahir pun mewakafkan sebagian tanahnya untuk dijadikan Masjid. Untuk menyiarkan agama Islam, simbah K.H. Djalal Suyuthi mendirikan pondok pesantren pada tahun 1926. Pada masa kepemimpinan beliau, kondisi bangsa Indonesia masih berada pada masa penjajahan. Keadaan paling tragis terjadi antara tahun 1942-1946 di masa penjajahan Jepang. Pondok pesantren mengalami kemacetan total karena tekanan Jepang. Baru pada tahun 1947 kehidupan pesantren kembali normal, dan pada tahun itu pula K.H. Djalal suyuthi dipanggil oleh Allah SWT.
Sepeninggal K.H. Djalal Suyuthi, kepemimpinan Pondok pesantren dipegang oleh K.H. Duri (putra beliau) dan Pondok Pesantren ini diberi nama “As-Suyuthiyyah”, diambil dari nama pendirinya. K.H. Duri memegang kepemimpinan hingga tahun 1963 dengan santri sekitar 50-70 orang.
Setelah K.H. Duri meninggal pada tahun 1963, Pesantren dipimpin oleh adik beliau yang bernama K.H. Muh. Suhudi. Pada masa kepemimpinan beliau, Pesantren banyak mengalami goncangan karena pengaruh suhu politik di Indonesia yang sedang memanas. Sebagai puncak resesi/goncangan tersebut, pada tahun 1975 jumlah santri tinggal 23 orang. Tetapi pada tahun itu pula didirikan TK dan fasilitas pendidikan ditambah untuk mendidik anak-anak usia tersebut. Kepemimpinan K.H. Muh. Suhudi berlangsung sampai tahun 1983 karena beliau meninggal dunia.
Pada tahun 1983, kepemimpinan pondok pesantren dipegang oleh K. Fatkhurrohman (putra K.H. Duri). Saat itu keadaan pondok pesantren telah normal kembali. Beliau banyak mengadakan pembaharuan. Antara lain perubahan nama pondok pesantren menjadi “Al-Manar” yang diambil dari nama group orkes gambus di Desa Bener yang saat itu ketenarannya sampai ke Jawa Timur sekitar tahun 1960-1975.
Masjid lama yang dibangun oleh K.H. Djalal Suyuthi dipugar, bangunan pondok ditambah dan pendidikan formal dimasukkan ke dalam kurikulum pondok pesantren. Pada tahun 1985 didirikan Madrasah Tsanawiyah, menyusul pada tahun 1989 didirikan Madrasah Aliyah. Terakhir pada tahun 1992 beliau mendirikan Yayasan Al-Manar sebagai wadah yang lebih formal dan legitimit. Namun beliau belum sempat melihat perkembangan Al-Manar lebih lanjut karena telah dipanggil oleh Allah SWT pada tanggal 28 Juli 1993.
Sepeninggal K. Fatkhurrohman pada tahun 1993, kepemimpinan beliau dilanjutkan oleh menantu beliau, K. Muhammad Imam Fauzy. Pada masa ini Madrasah Aliyah diubah menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) tepatnya pada tahun 1994/1995. Dan jumlah santri mencapai 537 orang dari Jawa dan Luar Jawa. Namun pada tanggal 11 Mei 2000/ 6 Shofar 1421 beliau meninggal dunia dalam usia 35 tahun.
Sepeninggal beliau, pesantren dipimpin oleh K. As’ad Haris Nasution Fatkhurrohman yang merupakan putra ketiga dari K. Fatkhurrohman. Sampai profil ini dibuat, kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Manar masih berada di tangan beliau.
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa tokoh-tokoh yang pernah mengasuh Pondok Pesantren Al-Manar adalah sebagai berikut:
1.  Kyai Haji Djalal Suyuthi                  : tahun 1913-1947
2.  Kyai Haji Duri                                   : tahun 1947-1963
3.  Kyai Haji Muh. Suhudi                    : tahun 1963-1983
4.  Kyai Fatkhurrohman                       : tahun 1983-1993
5.  Kyai Muhammad Imam Fauzy      : tahun 1993-2000
6.  Kyai As’ad Haris Nasution F.         : tahun 2000-sekarang

B.  Letak geografis Pondok Pesantren Al-Manar
1.  Pondok pesantren Al-Manar terletak di Desa Bener, letak geografis Desa Bener adalah sebagai berikut:
 Batas bagian utara                    : Kodya Salatiga
▪ Batas bagian timur                    : Dusun Cebongan
 Batas bagian selatan                : Dusun Wedilelo & Cabean
 Batas bagian barat                    : Jalan Raya Solo-Semarang
2.  Sedangkan letak pondok pesantren Al-Manar adalah sebagai berikut:
 Batas bagian barat                     : Perumahan penduduk
▪ Batas bagian utara                     : Jalan Projo (carik)
 Batas bagian timur                     : sawah penduduk
▪ Batas bagian selatan                 : sawah penduduk
3.  Status tanah:
 Yayasan ini didirikan pada tahun 1992, dan tercatat pada akte notaris No 02, tanggal 5 Desember 1992 pada notaris Tuan Dimyati S.H.
 Lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Al-Manar secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis; lembaga pendidikan yang mengikuti kurikulum dari Departemen Agama, dan lembaga pendidikan yang menggunakan kurikulum mandiri.
 Adapun lembaga pendidikan yang menggunakan kurikulum Departemen Agama adalah: Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah (Prog. IPS & Prog, Keagamaan). Sedangkan lembaga pendidikan yang menggunakan kurikulum mandiri adalah Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, dan program-program yang berada di dalamnya.

Monday, April 1, 2019

BROSUR PENDAFTARAN SANTRI BARU PONDOK PESANTREN AL-MANAR 2019

BROSUR PENDAFTARAN PONDOK PESANTREN AL-MANAR
Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang


Pada tanggal 01 April 2019 telah dibuka pendaftaran santri baru Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

Pada gelombang pertama ini pendaftaran dimulai dari tanggal 01 April 2019 sampai 30 Juli 2019. 

Untuk ketentuan dan syarat pendaftaran telah tertera di dalam Brosur diatas.

Untuk Bapak, Ibu, saudara/i yang ingin mendaftar bisa atau bertanya dapat menghubungi kontak diatas atau langsung datang ke Pondok Pesantren Al-Manar Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

Thursday, December 27, 2018

MARS PONDOK PESANTREN PUTRA-PUTRI AL-MANAR



..**( مرس معهدنا المنـار )**..

هَيَّؤُوْا لِلإِفْتِكَارْ... إِصَانَةِ الْفِطَارْ...
وَانْهَضُوْا يَا ابْنَى الْمَناَرْ،
وَارْمِيًا كُلَّ الدِّثَارْ، وَصَلْتُمُوْا عَلى الْبِحَارْ، وَجَدْ تُمُوْا عَلى الْحِرَارْ،
جَاهِدُوْا بِالشَّمَسْ، وَقَاتِلُوْا بِالْقَمَرْ، وَقَدِّمُوْا كَالْبَرَقْ وَلَوْ كَثِيْرَ اْلمَطَارْ...
جَاهِدُوْا يَا ابْنَى الْمَنَارْ…
يَا نَاشِئِينْ…
تَكُنْ مِنَ الْمُجَاهِدِينْ، وَلاَ تَكُنْ مُنَافِقِينْ... وَلاَ تَكُنْ مُنَافِقِينْ...
قُوْمُوْا... وَانْهَضُوْا... وَجَاهِدُوْا لِدِيْنِ اللهْ...
اْلإِسْلاَمُ دِيْنُنَا، اْلإِسْلاَمُ شَدُّنَا،
قُوْمُوْا... وَانْهَضُوْا...

Siapkanlah dirimu untuk berpikir demi tegaknya fitroh (manusia)
Bangkitlah wahai anak-anak (santri) Al-Manar
Singkirkan selimutmu, arungilah samudera untuk capai kemerdekaan
Berjuanglah laksana matahari, berperanglah laksana bulan,
majulah secepat kilat meski hujan lebat.
Berjuanglah wahai santri Al-Manar,
Wahai generasi muda,
Jadilah pejuang dan jangan jadi pecundang (munafiq)
Berdiri dan bangkitlah, berjuanglah untuk agama Allah
لإعـلا ء كلمة  الله))
Islam agama kita, Islam pegangan kita
Berdiri dan bangkitlah.



Pencipta:

 Abah K. Fatkhurrohman Al-Maghfurlah (Pengasuh Keempat Pon-Pes Al-Manar)

DOWNLOAD MP3 MARS AL MANAR:
LINK
https://drive.google.com/open?id=1jqu7VkfqZeJnUubyLdaGXaYWn5kzNAEZ

https://drive.google.com/open?id=1-EAWX1Q_phpnORydM8AYSVC5Qs2Pg3XI

Monday, November 26, 2018

Do'a Setelah Sholat


..* دعاء بعد الصلاة *..

بِسْمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيْمِ، الحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حمْدًا نَاعِمِيْنَ، حمْدًا شَاكِرِيْنَ، حمْدًا ذَاكِرِيْنَ، حمْدًا يُوَافِى نِعَمَه وَيُكاَفِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.

اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِناَ محَمَّدٍ صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جمِيْعِ اْلأَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ، وَتَقْضِى لَنَا بِهَا جمِيْعَ اْلحَاجَاتِ، وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جمِيْعِ السَّيِّئَاَتِ، وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ اَعْلى الدَّرَجَاتِ، وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى اْلغَايَاتِ، مِنْ جمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى اْلحَيَاتِ وَبَعْدَ اْلمَمَاتِ.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا الله يَا رَبَّ الْعَالمِيْنَ. اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى دِيْنِنَا، وَعَافِيَةً فِى جَسَادِنَا، وَزِيَادَةً فِى عِلْمِنَا، وَبَرَكَةً فِى عُمْرِنَا، وَسَعَةً فِى رِزْقِنَا، وَتَوْبَةً قَبْلَ اْلمَوْتِ، وَرَحمَةً عِنْدَ اْلمَوْتِ، وَمَغْفِرَةً بَعْدَ اْلمَوْتِ. اَللّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَكَرَاتِ اْلمَوْتِ، وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ، وَالْعَفْوى عِنْدَ الْحِسَابِ، وَارْزُقْنَا النَّظَرَ اِلى وَجْهِكَ الْكَرِيمِ، بِرَحمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحمِيْنَ.

رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحمَـةً، اِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللّهُمَّ أَرِنَا اْلحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

اللّهُمَّ أَحْيِنَا بِاْلإيمَانِ، وَأَمِتْنَا بِاْلإيمَانِ، وَاحْشُرْنَا بِاْلإيمَانِ، وَأَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ مَعَ اْلإيمَانِ. اللّهُمَّ ثَبِّتْنَا مَعَ اْلإيمَانِ، وَاخْتِمْنَا مِنَ الدُّنْيَا مَعَ اْلإيمَانِ.

اللّٰهُمَّ يَاغَنِيُّ يَاحَمِيْدُ، يَامُبْدِئُ يَامُعِيْدُ، يَارَحِيْمُ يَاوَدُوْدُ، أَغْنِنَا بحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ، وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ. اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. اللّهُمَّ لاَتَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ همًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَدَيْنًا اِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَحَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلأخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحمِيْنَ.

اللّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَيَنْفَعُ، وَقَلْبٍ لاَيخْشَعُ، وَنَفْسٍ لاَتَشْبَعُ، وَعَمَلٍ لاَيُرْفَعُ، وَدُعَاءٍ لاَيُسْمَعُ. اللّهُمَّ جمِّلْنَا بِالْعَافِيَةِ وَالسَّلاَمَةِ، وَحَقِّقْنَا بِالتَّقْوى وَاْلإسْتِقَامَةِ، وَأَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ النَّدَامَةِ، إِنَّكَ سمِيْعُ الدُّعَاءِ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيمَانِ، وَلاَ تجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا، وَلِمَشَايخِنَا، وَلِمَشَايِخِ مَشَايخِنَا وَِلإِخْوَانِنَا، وَلجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا أتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا محَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ  ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. الْفَاتِحَـةْ...


bacaan diatas merupakan salah satu contoh doa setelah sholat. semoga artikel ini dapat bermanfaat
www.pondokalmanar.blogspot.com