PROFIL PONDOK PESANTREN AL-MANAR
Sekretariat:
Jl. K.H. Djalal Suyuthi, Ds. Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang 50775
( (0298)
313634
A. Sejarah
Berdiri
Al-Manar
adalah sebuah Pondok pesantren putra-putri yang terletak di Jalan Raya Solo-Semarang. Tepatnya di Desa Bener Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang, 3 KM sebelah selatan kota Salatiga.
Nama
Al-Manar secara resmi muncul pada masa kepengasuhan Kyai Fatkhurrohman, tahun
1982 yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Pesantren “As-Suyuthiyyah”
yang didirikan dan dirintis oleh Al Mukarrom Simbah K.H. Djalal Suyuthi pada
tahun 1913.
Misi
Al-Manar adalah menciptakan generasi yang berakhlaqul Karimah dan mampu
menghadapi tantangan zaman modern. Misi itu dituangkan dalam kurikulum yang
menerapkan sistem klasik (sorogan dan bandongan) yang bertitik berat pada
kajian-kajian kitab kuning karangan ulama’ syafi’iyyah. Oleh karena itu,
substansi yang ditekankan adalah nahwu, sorof, fiqih, ushul fiqih, hadits,
tafsir, tauhid, tasawuf, dan tarikh.
Berikut ini
adalah potret singkat perjalanan Pon-pes Al-Manar yang diambil dari beberapa
sumber.
Desa
Petungsari adalah sebuah desa yang sekarang bernama “Bener”. Karena penjajahan
yang dialaminya, kesulitan dalam mengembangkan syiar Islam dirasakan sekali
oleh masyarakat desa ini. Cuma satu dua orang yang mengenal ajaran Islam,
bahkan masyarakat desa ini dikenal sebagai masyarakat yang rusak dan akrab
dengan mo-limo dan jauh dari agama serta banyak non
muslimnya.
Adalah Bapak
Juwahir, salah satu warga desa Petungsari yang memimpin sebuah mushola, yang
merasa tergugah untuk memperdalam ajaran Agama Islam dengan menjadi santri dari
Kyai Naim, Kyai dari Desa Cabean. Semakin hari jamaah di mushola beliau semakin
bertambah banyak sehingga terjadilah sebuah kesepakatan antara Bapak Juwahir
dengan Kyai Naim untuk mendatangkah seorang Kyai guna mengasuh jamaah yang
semakin bertambah tersebut. Beberapa bulan kemudian, Kyai Na’im meminta K.H.
Djalal Suyuthi untuk memikul tugas tersebut.
Karena
mushola sudah tidak mampu menampung jamaah, maka Bapak juwahir pun mewakafkan
sebagian tanahnya untuk dijadikan Masjid. Untuk menyiarkan agama Islam, simbah
K.H. Djalal Suyuthi mendirikan pondok pesantren pada tahun 1926. Pada masa
kepemimpinan beliau, kondisi bangsa Indonesia masih berada pada masa
penjajahan. Keadaan paling tragis terjadi antara tahun 1942-1946 di masa
penjajahan Jepang. Pondok pesantren mengalami kemacetan total karena tekanan
Jepang. Baru pada tahun 1947 kehidupan pesantren kembali normal, dan pada tahun
itu pula K.H. Djalal suyuthi dipanggil oleh Allah SWT.
Sepeninggal
K.H. Djalal Suyuthi, kepemimpinan Pondok pesantren dipegang oleh K.H. Duri
(putra beliau) dan Pondok Pesantren ini diberi nama “As-Suyuthiyyah”, diambil dari
nama pendirinya. K.H. Duri memegang kepemimpinan hingga tahun 1963 dengan
santri sekitar 50-70 orang.
Setelah K.H.
Duri meninggal pada tahun 1963, Pesantren dipimpin oleh adik beliau yang
bernama K.H. Muh. Suhudi. Pada masa kepemimpinan beliau, Pesantren banyak
mengalami goncangan karena pengaruh suhu politik di Indonesia yang sedang
memanas. Sebagai puncak resesi/goncangan tersebut, pada tahun 1975 jumlah
santri tinggal 23 orang. Tetapi pada tahun itu pula didirikan TK dan fasilitas
pendidikan ditambah untuk mendidik anak-anak usia tersebut. Kepemimpinan K.H.
Muh. Suhudi berlangsung sampai tahun 1983 karena beliau meninggal dunia.
Pada tahun
1983, kepemimpinan pondok pesantren dipegang oleh K. Fatkhurrohman (putra K.H. Duri). Saat itu
keadaan pondok pesantren telah normal kembali. Beliau banyak mengadakan
pembaharuan. Antara lain perubahan nama pondok pesantren menjadi “Al-Manar”
yang diambil dari nama group orkes gambus di Desa Bener yang saat itu
ketenarannya sampai ke Jawa Timur sekitar tahun 1960-1975.
Masjid lama
yang dibangun oleh K.H. Djalal Suyuthi dipugar, bangunan pondok ditambah dan
pendidikan formal dimasukkan ke dalam kurikulum pondok pesantren. Pada tahun
1985 didirikan Madrasah Tsanawiyah, menyusul pada tahun 1989 didirikan Madrasah
Aliyah. Terakhir pada tahun 1992 beliau mendirikan Yayasan Al-Manar sebagai
wadah yang lebih formal dan legitimit. Namun beliau belum sempat melihat
perkembangan Al-Manar lebih lanjut karena telah dipanggil oleh Allah SWT pada
tanggal 28 Juli 1993.
Sepeninggal K. Fatkhurrohman pada tahun 1993, kepemimpinan beliau dilanjutkan oleh menantu
beliau, K. Muhammad Imam Fauzy. Pada masa ini Madrasah Aliyah diubah menjadi
Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) tepatnya pada tahun 1994/1995. Dan jumlah
santri mencapai 537 orang dari Jawa dan Luar Jawa. Namun pada tanggal 11 Mei
2000/ 6 Shofar 1421 beliau meninggal dunia dalam usia 35 tahun.
Sepeninggal
beliau, pesantren dipimpin oleh K. As’ad Haris Nasution Fatkhurrohman yang merupakan
putra ketiga dari K. Fatkhurrohman. Sampai profil ini dibuat, kepemimpinan
Pondok Pesantren Al-Manar masih berada di tangan beliau.
Dari uraian
di atas dapat kita ketahui bahwa tokoh-tokoh yang pernah mengasuh Pondok
Pesantren Al-Manar adalah sebagai berikut:
1. Kyai Haji
Djalal Suyuthi : tahun
1913-1947
2. Kyai Haji
Duri : tahun
1947-1963
3. Kyai Haji
Muh. Suhudi : tahun
1963-1983
4. Kyai
Fatkhurrohman : tahun
1983-1993
5. Kyai Muhammad Imam Fauzy : tahun 1993-2000
6. Kyai As’ad
Haris Nasution F. : tahun
2000-sekarang
B.
Letak geografis Pondok Pesantren Al-Manar
1. Pondok
pesantren Al-Manar terletak di Desa Bener, letak geografis Desa Bener adalah
sebagai berikut:
▪ Batas bagian
utara : Kodya Salatiga
▪ Batas bagian
timur : Dusun Cebongan
▪ Batas bagian
selatan : Dusun Wedilelo
& Cabean
▪ Batas bagian
barat : Jalan Raya
Solo-Semarang
2. Sedangkan letak pondok pesantren Al-Manar adalah sebagai berikut:
▪ Batas bagian
barat : Perumahan
penduduk
▪ Batas bagian
utara : Jalan Projo
(carik)
▪ Batas bagian
timur : sawah penduduk
▪ Batas bagian
selatan : sawah penduduk
3. Status tanah:
▪ Yayasan ini
didirikan pada tahun 1992, dan
tercatat pada akte notaris No 02, tanggal 5 Desember 1992 pada notaris
Tuan Dimyati S.H.
▪ Lembaga
pendidikan di bawah naungan Yayasan Al-Manar secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam dua jenis; lembaga pendidikan yang mengikuti kurikulum
dari Departemen Agama, dan lembaga pendidikan yang menggunakan kurikulum mandiri.
▪ Adapun
lembaga pendidikan yang menggunakan kurikulum Departemen Agama adalah: Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah
(Prog. IPS & Prog, Keagamaan). Sedangkan lembaga pendidikan yang menggunakan kurikulum mandiri adalah Pondok Pesantren,
Madrasah Diniyah, dan program-program yang berada di dalamnya.